EKSLAMSI PADA KEHAMILAN
EKSLAMSI PADA KEHAMILAN
A. Pengertian
Eklampsia berasal dari
kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena gejala eklampsia datang
dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga
disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai
dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada pasien yang telah
menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut
gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan
pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan
kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya
sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 )
Eklampsia juga disebut kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya
sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan,
2009).
Eklampsia lebih
sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering
terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post
partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
B.
Gejala eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti
:
1. Sakit kepala yang keras
2. Penglihatan kabur
3. Nyeri diulu hati
4. Kegelisahan dan hyperrefleksi
sering mendahuli serangan kejang Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
a. Tingkat invasi (tingkat
permulaan)
Mata
terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada
muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
b. Tingkat kontraksi (tingkat
kejang tonis)
Seluruh
badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15 sampai 20
detik.
c. Tingkat konvulsi (tingkat
kejang clonis)
Terjadilah
kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla mata, otot
–otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini
sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya
tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah,
muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.
d.
Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat
sama sekali apa yang telah terjadi.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi
plasenta juga dapat terjadi berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1.
Kenaikan tekanan darah
2.
Pengeluaran protein dalam urine
3.
Edema kaki, tangan sampai muka
4.
Terjadinya gejala subjektif :
·
Sakit kepala
·
Penglihatan kabur
·
Nyeri pada epigastrium
·
Sesak nafas
·
Berkurangnya pengeluaran urine
5. Menurunnya
kesadaran wanita hamil sampai koma
6. Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat
peningkatan angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi
penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema,
hipertensi dan proteinuria.
Gejala klinis :
1. Kehamilan lebih 20 minggu
atau persalinan atau masa nifas
2. Tanda – tanda pre eklampsia
(hipertensi, edema dan proteinuria)
3. Kejang dan atau koma
4. Kadang – kadang disertai
gangguan fungsi organ.
Setelah
beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas
berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru
–paru, apoplexy dan acidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari karena
pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal. Kadang–kadang
terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini
disebut eklampsia sine eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat.
Karena kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia sine
eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan
darah biasanya tinggi sekitar 180/110 mmHg.
Nadi
kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini
rupa–rupanya cerebral. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia
yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga odema
biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah
beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan
sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia
intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke
tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia.
Jadi kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum
persalianan terjadi.
Setelah
persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam. Juga
kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit
berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal
kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah menderita
eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung
2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya ialah hemiplegic dan
ganguuan penglihatan karena odema retina.
C. Jenis-jenis eklampsia
Berdasarkan waktu
terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.
Eklampsia gravidarum
·
Kejadian 50% sampai 60 %
·
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2.
Eklampsia parturientum
·
Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
·
Saat sedang inpartu
·
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
3.
Eklampsia puerperium
·
Kejadian jarang 10 %
·
Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
Kejang – kejang pada
eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1.
Tingkat awal atau aura
·
Berlangsung 30 – 35 detik
·
Tangan dan kelopak mata gemetar
·
Mata terbuka dengan pandangan kosong
·
Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2.
Tingkat kejang tonik
·
Berlangsung sekitar 30 detik
·
Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3.
Tingkat kejang klonik
·
Berlangsung 1 sampai 2 menit
·
Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
·
Konsentrasi otot berlangsung cepat
·
Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
·
Mata melotot
·
Mulut berbuih
·
Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
·
Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4.
Tingkat koma
·
Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
·
Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu
naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan
janin.
1.
Komplikasi ibu :
·
Dapat menimbulkan sianosis
·
Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
·
Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung
mendadak
·
Lidah dapat tergigit
·
Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
·
Gangguan fungsi ginjal
·
Perdarahan
·
Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2.
Komplikasi janin dalam rahim :
·
Asfiksia mendadak
·
Solusio plasenta
·
Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang
mempengaruhi eklampsia :
·
Jumlah primigravida terutama primigravida muda
· Distensi
rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
·
Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
·
Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
D. Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan
otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema
paru – paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan
persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin
dalam rahim pada penderita eklampsia :
a.
Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan
protein dapat menimbulkan badan keton
b.
Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang
menyebabkan :
· Perubahan denyut jantung
janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang
tidak teratur
· Peristaltis usus
bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan
masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c.
Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan
komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah
mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya
melakukan rujukan ke rumah sakit.
E. Faktor predisposisi/ risiko dan penyebab
Hingga saat ini penyebab preeklampsia dan
eklampsia belum diketahui dengan pasti , penyakit ini masih disebut Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun
demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang mempunyai
faktor predisposisi terhadap preeklampsia. Menurut Wiknjosastro (2008)faktor
predisposisi/risiko tersebut antara lain:
1) Usia/ umur :
primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35
tahun dianggap lebih rentan. Preeklampsia yang meningkat di usia muda
dihubungkan belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk
bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga
meningkatkan kejadian preeklampsia di usia muda. Bertambahnya umur wanita
berkaitan dengan perubahan pada system kardiovaskulernya dan secara teoritis
preeklampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah.
Preeklampsia-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu
pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai resiko 3-4 kali lipat mendapatkan preeklampsia dibandingkan usia
lebih muda (Karkata,2006).
2)
Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun,
jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30
tahun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa
kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin
(Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dan
gravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
preeklampsia-eklampsia.
3)
Faktor keturunan ( genetic): bukti
adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
Menurut Chapman, 2006) ada hubungan genetik yang telah ditegakkan, riwayat
keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan risiko empat sampai delapan
kali. Faktor risiko terjadinya komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat
diturunkan pada anak perempuannya(Manuaba,2007).Menurut Angsar (2008), Ada
faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial dibandingkan
dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami
preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
4) Status sosial
ekonomi : preeklampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada kelompok sosial
ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), Status ekonomi yang rendah juga
merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian preeklampsia. Beberapa
peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik mengurangi terjadinya
preeklampsia.
5) Komplikasi
obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidropsfetalis. Preeklampsia lebih besar kemungkinan terjadi pada
kehamilan kembar. Selain itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan
banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar
mempunyai resiko untuk berkembangnya preeklampsia. Kejadian preeklampsia pada
kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan tunggal.
Selain itu, dilaporkan bahwa preeklampsia akan meningkat pada kehamilan kembar
tiga dan seterusnya(Karkata, 2006).
6) Riwayat penyakit
yang sudah ada sebelumnya : hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE ), sindrom antifosfolipid antibody.
Dasar
penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan fungsi endotel pembuluh darah(sel
pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah
mengecil / menciut.(Anonim,2010)
F. Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia
dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi
dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume
plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat
atau menyeluruh pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau
eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan
indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina
melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia
merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini
disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar
gula darah naik untuk sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik,
dan bikarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah
kejang, zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi
dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan
alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen
meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari
1 menit pada eklampsia.
G. Diagnosis
eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia.
Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu
ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia.
Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang –
kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ;
dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda
dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena
sebab lain.
H. Komplikasi
eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan
janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre
eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi
pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
1. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka
pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang
dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan
fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
3. Hemolisis
Kerusakan
atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah
merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab
utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan
penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya
apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda
: hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus
yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
10.
Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian
janin intra uterin.
I. Prognosa eklampsia
Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik
untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa
bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur
melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit.
Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam
24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan
anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1. Coma yang lama
2. Nadi di atas 120
3. Suhu di atas 390 C
4. Tensi di atas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari
sehari atau lebih
7.
Tidak adanya odema.
Odema paru –paru dan
apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
J. Pencegahan
eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah
atau frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri
atas meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap
pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila
ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa
dalam Prawiroharjo, 2005 )
K. Penanganan
eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan
cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
· Beri
obat anti konvulsan
·
Perlengkapan untuk penanganan kejang
·
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
·
aspirasi mulut dan tenggorokan
·
baringkan pasien pada sisi kiri
·
posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
· berikan
oksigen 4 – 6 liter / menit.
L.
Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang
memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.
Menghindari terjadinya :
·
Kejang berulang
·
Mengurangi koma
·
Meningkatkan jumlah dieresis
b.
Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
·
Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
·
Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan
pertolongan:
·
Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
·
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
·
Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah
sakit sebagai berikut :
1. Kamar isolasi
- Hindari
rangsangan dari luar sinar dan keributan
- Kurangi penerimaan
kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien
dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang
berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan
pemberian :
- Sistem stroganof
- Sodium pentothal
dapat menghilangkan kejang
- Magnesium sulfat dengan efek
menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis,
meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga
menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
-
Litik koktil
3. Pemilihan metode
persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
- Dapat didahului dengan induksi persalinan
-
Bahaya persalinan ringan
- Bila memenuhi syarat dapat
dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam
untuk mempercepat kala pengeluaran.
-
Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
-
Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal induksi
persalinan pervaginam
- Gagal
pengobatan konservatif
Komentar
Posting Komentar