EKSLAMSI PADA KEHAMILAN


EKSLAMSI PADA KEHAMILAN
A.   Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 )
Eklampsia juga disebut kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).
     Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
B.     Gejala eklampsia
      Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :
1.    Sakit kepala yang keras
2.    Penglihatan kabur
3.    Nyeri diulu hati
4.    Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
a.    Tingkat invasi (tingkat permulaan)
        Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
b.    Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
        Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15 sampai 20 detik.
c.    Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)
        Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.
d.    Tingkat coma
        Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi.
Kemudian  dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1.      Kenaikan tekanan darah
2.      Pengeluaran protein dalam urine
3.      Edema kaki, tangan sampai muka
4.      Terjadinya gejala subjektif :
·         Sakit kepala
·         Penglihatan kabur
·         Nyeri pada epigastrium
·         Sesak nafas
·         Berkurangnya pengeluaran urine
5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6.      Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Gejala klinis :
1.    Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2.    Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
3.    Kejang dan atau koma
4.    Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
        Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
        Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar 180/110 mmHg.
        Nadi kat dan berisi tetapi kalau  keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya cerebral. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
        Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
        Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia. Jadi kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum persalianan terjadi.
        Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam. Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.
C. Jenis-jenis eklampsia
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.      Eklampsia gravidarum
·         Kejadian 50% sampai 60 %
·         Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2.      Eklampsia parturientum
·         Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
·         Saat sedang inpartu
·         Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
3.      Eklampsia puerperium
·         Kejadian jarang 10 %
·         Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1.      Tingkat awal atau aura
·         Berlangsung 30 – 35 detik
·         Tangan dan kelopak mata gemetar
·         Mata terbuka dengan pandangan kosong
·         Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2.      Tingkat kejang tonik
·         Berlangsung sekitar 30 detik
·         Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3.      Tingkat kejang klonik
·         Berlangsung 1 sampai 2 menit
·         Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
·         Konsentrasi otot berlangsung cepat
·         Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
·         Mata melotot
·         Mulut berbuih
·         Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
·         Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4.      Tingkat koma
·         Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
·         Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1.      Komplikasi ibu :
·         Dapat menimbulkan sianosis
·         Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
·         Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
·         Lidah dapat tergigit
·         Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
·         Gangguan fungsi ginjal
·         Perdarahan
·         Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2.      Komplikasi janin dalam rahim :
·         Asfiksia mendadak
·         Solusio plasenta
·         Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
·         Jumlah primigravida terutama primigravida muda
·       Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola  hidatosa
·         Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
·         Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
D. Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a.       Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
b.      Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang menyebabkan :
·     Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
·     Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c.       Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan  komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.


E. Faktor predisposisi/ risiko dan penyebab
Hingga saat ini penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui dengan  pasti , penyakit ini masih disebut Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap preeklampsia. Menurut Wiknjosastro (2008)faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
1)      Usia/ umur : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Preeklampsia yang meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian preeklampsia di usia muda. Bertambahnya umur wanita berkaitan dengan perubahan pada system kardiovaskulernya dan secara teoritis preeklampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah. Preeklampsia-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat mendapatkan preeklampsia dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
2)      Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat. Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun, jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti jumlah anak cukup  2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dan gravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk preeklampsia-eklampsia.
3)      Faktor keturunan ( genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut Chapman, 2006) ada hubungan genetik yang telah ditegakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan risiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko terjadinya komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuannya(Manuaba,2007).Menurut Angsar (2008), Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
4)      Status sosial ekonomi : preeklampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), Status ekonomi yang rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian preeklampsia. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik mengurangi terjadinya preeklampsia.
5)      Komplikasi obstetrik : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidropsfetalis. Preeklampsia lebih besar kemungkinan terjadi pada kehamilan kembar. Selain itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari segi  teori hiperplasentosis, kehamilan kembar mempunyai resiko untuk berkembangnya preeklampsia. Kejadian preeklampsia pada kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeklampsia akan meningkat pada kehamilan kembar tiga dan seterusnya(Karkata, 2006).
6)      Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya : hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE ), sindrom antifosfolipid antibody.
 Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan fungsi endotel pembuluh darah(sel pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil / menciut.(Anonim,2010)
F. Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
       Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi  pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
      Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada  beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
      Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi  pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
       Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang  akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
G.   Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
 Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
H.   Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
1.      Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2.      Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
3.      Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

4.      Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
5.      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6.      Edema paru – paru
7.      Nekrosis hati
 Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8.      Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.


9.      Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10.  Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11.  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

I. Prognosa eklampsia
        Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
        Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1.    Coma yang lama
2.    Nadi di atas 120
3.    Suhu di atas 390 C
4.    Tensi di atas 200 mmHg
5.    Lebih dari 10 serangan
6.    Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih
7.    Tidak adanya odema.
        Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
J.  Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
K.  Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
·         Beri obat anti konvulsan
·         Perlengkapan untuk penanganan kejang
·         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
·         aspirasi mulut dan tenggorokan
·         baringkan pasien pada sisi kiri
·         posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
·         berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
L.      Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.       Menghindari terjadinya :
·         Kejang berulang
·         Mengurangi koma
·         Meningkatkan jumlah dieresis
b.      Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
·         Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
·         Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c.       Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
·         Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
·         Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
·         Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1.      Kamar isolasi
-   Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
-  Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
-  Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2.      Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
-  Sistem stroganof
-  Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
 -  Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
 -  Diazepam atau valium
 -     Litik koktil
3.      Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
 Dapat didahului dengan induksi persalinan
-     Bahaya persalinan ringan
-    Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
-    Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
-    Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal  induksi persalinan pervaginam
-   Gagal pengobatan konservatif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK DAN ETIK PROFESI

persalinan dengan presentasi puncak kepala,dahi,muka, dahi

EMBOLI AIR KEYUBAN DAN INDUKSI PERSALINAN