KELAINAN KONGENITAL PADA BBL
KELAINAN KONGENITAL PADA BBL
Kelainan kongenital merupakan kelainan
dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan
oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan
suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya.
Di samping pemeriksaan fisik, radiologik
dan hboratorik untuk menegakkan diagnosis kelainan kongenital setela6
bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan
kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya
pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air keruban dan darah janin.
- FAKTOR ETIOLOGI
Penyebab langsung kelainan kongenital
sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau
kedua faktor secara bersaman. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapu
mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
a. Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital
pada anaknva. DI antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum
Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan
sebagai unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang ,sebagai
unsur resesif. Penyelidikan dalam hal ini se ring sukar, tetapi adanya
kelainan sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
kongenital yang selanjutnya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang
teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya
kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan seianjutnya. Beberapa contoh: kelainan
kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolisme),
kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
b. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama
kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh
hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam
penumbuhan organ itu sendiri akan memptrmudah terjadinya deformitas
suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan
talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus
dan talipes equinovarus. (clubfoot).
- Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan
kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni
dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode
organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam penumbuhan suatu
organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat menimbulkan
kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya
abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah
infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran
sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi
lain pada- trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis.
Kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada sistem saraf pusat seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, atau mikroptalmia.
- Faktor obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum
wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah
satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya
fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang balk diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal MI
secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama
sekali; walaupun hal in] kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
transkuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau
preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap
bayi.
- Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih
sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati
masa menopause. DI bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka
kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan citemukan risiko
relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih;
angka kejadian yang ditemukan ialah 1 : 5500 untuk kelompok ibu berumur
< 35 tahun, 1 : 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75
untuk kelompok ibu berumur 40-44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu
berumur 45 tahun atau lebih.
- Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan
pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi
yang normal.
- Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin
sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya
riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakihatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan
kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk
keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
- Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi
berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada
manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi
kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang
lahir dari ibu yang balk gizinya. Pada binatang percobaan, adanya
defisiensi protein, vitamin A riboflavin, folic acid, thiamin dan
lain-lain dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.
- JENIS-JENIS KELAINAN KONGENITAL
a) Labioskizis/Labiopalatoskizis
1). Pengertian
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu
kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta
langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
2). Etiologi
banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut antara lain , yaitu :
1. factor Genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalam kromosom
yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen
ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d
22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan
jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau
Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi
hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan
gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun
kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000
bayi yang lahir.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
` 3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu
yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan
Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenik,
termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama
kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
7. Multifaktoral dan mutasi genetic
8. Diplasia ektodermal
3). Patofisiologi
Cacat terbentuk
pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya
mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu
(proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi
akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis
medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta
palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 mgg
4). Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibr
sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
5). Gejala dan tanda
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan langit – langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
4. Infeksi telinga berulang.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
6). Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing
pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri
fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau idak.
Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat
memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG.
7). Komplikasi
Keadaan kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenannya, yaitu ;
1. Kesulitan makan; dalami pada penderita
bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum. Memerlukan
penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga
kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing
2. Infeksi telinga dan hilangnya
Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi makan
akan kehilangan pendengaran.
3. Kesulitan berbicara. Otot – otot
untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini
dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi
tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan
dan penanganan khusus.
8). Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah
dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan,
dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada
saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk
melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
1. Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah
metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing
tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit
menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa
payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan
menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6
mgg
b. Menggunakan alat khusus
Dot domba
Karena udara bocor disekitar
sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih baik
diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing,
suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau
hanya dot biasa dengan lubang besar.
Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi
Ortodonsi
Pemberian plat/ dibuat okulator
untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum
dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan
tindakan bedah definitive
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lobang hidung
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat
membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke
bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut
tersebut untuk sembuh
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan
bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dala
hydrogen peroksida setengah kuat atau air
2. Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi
akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang
tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10
mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui
c. Tindakan operasi selanjutnya
adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24
bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum
membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan
operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan
ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya
normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat
dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe” yang lbar. Dalam hal
ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian belakang gigi
geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan
terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan
bicara, perubahan struktur, juag pada sumbing yamh telah diperbaik,
dapat mempengaruhi pola bicar secara permanen.
Perinsip perawatan secara umum;
1. lahir ; bantuan pernafasan dan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya
makanan kedalam lambung.
2. umur 1 minggu; pembuatan feeding
plate untuk membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan,
pemberian dot khusus.
3. umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telingga.
4. umur 18 bulan – 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
6. umur 6 tahun; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
b) Meningokel
1. pengertian
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak faktor dan metibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak sekali penetitian yang mengungkap bahwa sekitar tujuhpuluh persen kasus NTD dapat dicegah dengan suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekut defisiensi asam folat adafah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metiiasi protein dalam se1, baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.
- Etiologi
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
- Tanda dan Gejala
– Gangguan persarafan
– Gangguan mental
– Gangguan tingkat kesadaran
- Penatalaksanaan
Pembedahan
c) Ensefalokel
- Defenisi
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung
saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak)
dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang
tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf
selama perkembangan janin.
- Gejala
Gejalanya berupa :
- Hidrosefalus
- kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik)
- gangguan perkembangan
- Mikrosefalus
- gangguan penglihatan
- keterbeiakangan mental dan pertumbuhan
- Ataksia
- kejang.
Beberapa anak memiliki kecerdasan yang
normal. ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial
atau kelainan otak lainnya.
3. Etiologi
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu
diantaranya, infeksi, faktor usia ibu yang tertaiu muda atau tua ketika
hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga
mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil,
ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folat dalam jumlah cukup.
Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan untuk mendeteksi ada-tidaknya
infeksi.
4. Penatalaksanaan
Mencegah Ensefalokel
Bagi ibu yang berencana hamil, ada
baiknya mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya, mengonsumsi makanan
bergizi serta menambah supfemen yang mengandung asam folat. Hal itu
dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi_ Safah satunya, encephalocele atau ensefalokel. Biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke
dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan
kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu
shunt. pengobatan lainnya bersifat, simtomatis dan suportif.
Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena, lokasi
kantung dan kelainan otak yang menyertainya.
d) Hidrosefalus
- Defenisi
Hidrosefalus (kepala air, istilah yang
berasal dari bahasa Yunani: “hydro” yang berarti air dan “cephalus” yang
berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengati “kepala
air”) adalab penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
- Etiologi
- • Gangguan sirkulasi LCS
- • Gangguan produksi LCS
- Tanda dan Gejala
- • Terjadi pembesaran tengkorak
- • Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah kebawah)
- • Gangguan perkembangan motorik
- • Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
- Penatalaksanaan
- • Pembedahan
- • Pemasangan “Suchn Suction”
e) Fimosis
1. Definisi
Fimosis merupakan pengkerutan atau
penciutan kulit depan penis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang
sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecit, dan biasanya
pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya.
Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa
terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses
berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan
melakukan penyunatan (sirkumsisi).
Fimosis adalah penyempitan pada
prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih.
Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar.
Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orang tua
tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba
dengan melebarkan lubang prepusium dengar, cara mendorong ke belakang
kulit prepusium tersebut dan biasanyaa akan terjadi luka.
Untuk mencegah infeksi dan agar luka
tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik.
Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter. Selanjutrnya di rumah
orang tua sendiri diminta tnelakukannya seperti yang dilakukan dokter
(pada orang Barat, sunat dilakukan pada seorangbayi laki-laki ketika
masih dirawat/ ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk
kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena
keagamaan).
Adanya smegma pada ujung prepusium juga
menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya
prepusium didorong ke belakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan
kapas yang telah dijerang dengan air matang.
- Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang barn
lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang
dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala
penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari
bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.
Bagaimana gejalanya?
Untuk menandai apakah anak memang
mengalami funosis, orang tua sebaiknya mencermati beberapa gejala
berikut : Kulit penis anak tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan
dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran
kencing diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya
tampak menggembung. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes
dan memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai timbul
infeksi, maka si buyung akan mengangis setiap buang air kecil dan dapat
pula disertai demam.
Jika gejala-gejala di atas ditemukan pada
anak, sebaiknya bawa ia ke dokter. Jangan sekali-kali mencoba membuka
kulup secara paksa dengan menariknya ke pangkal penis. Tindakan ini
berbahaya, karena kulup yang ditarik ke pangkal dapat menjepit batang
penis dan menimbulkan rasa nyeri dan pembekakan yang hebat. Hal ini
dalam istilah kedokteran disebut para Fimosis. Jika si Buyung mengalami
kesulitan buang air kecil, dokter akan mencoba melebarkan kulit yang
melekat, namun hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati oleh
seorang dokter yang berpengalaman.
Jika upaya ini gagal, maka tindakan
sirkumsisi (sunat) adalah jaian keluarnya, apalagi jika fimosisnya
menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan sirkumsisi pada anak juga
harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena jika si Buyung takut
dan merasa sakit maka hal ini akan mempengaruhi kondisi kejiwaannya
kelak kemudian hari. Selain itu jika si Buyung meronta-ronta karena
taku[ atau sakit, mal:a tindakan sirkumsisi ini malah akan membahayakan,
karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat
dikerjakan secara sempurna (info-sehat.com)
- Penatalaksanaan
Fimosis didapat (fimosis patologik,
fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbu! kemudian setelah lahir.
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk,
peradangan kronik gtans penis dan kulit preputium (balanoposthitis
kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction)
pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan
ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputiurn yang membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan
fenomena ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya tubang di
ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa
adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan
(obstruks) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni,
buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis
bukan merupakan kasus gawat darurat. Fimosis kongenital seyogyanya
dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk
disirkumsisi. Hanva diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa
kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin
membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke
belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan
batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk membersihkan alat
kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke belakang
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis
bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan
sendirinya. Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran
air seni, dipertukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastlk lainnya seperti
preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa memotongnya).
Indikasi medis utama dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak
adalah fimosis patotogik.
Penggunaan krim steroid topikal yang
dioleskan pada kutit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-5 minggu,
juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah
membaik, kebersihan atat ketamin tetap dijaga, kulit preputium harus
ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan
setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.
f) Hipospadia
1. Definisi
1. Definisi
Hipospadia adalah salah satu kelainan
bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk
mendiagnosanya, hanya pengolahannya harus dilakukan oleh mereka yang
betul-beul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia merupakan kelainan kelamian
bawaan sejak lahir, cirinya, letak lubang uretra terdapat di penis
bagian bawah, bukan di ujung penis. Menurut dokter bedah urologi RSU Dr
Kariadi, dr Andi, S. SpBU, berat hipospadia bervarian, kebanyakan lubang
uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat
terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah bantang penis atau pada
pangkal penis dan kadang pad skrotum (kantung zakar) atau di bawah
skrotum. Kelainan ini sering kali berhubungan dengan kardi, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi.
Pada hipospadia muara orifisium uretra
eksterna (lubang tempat air seni keluar) berada diproksimal dari
normalnya yaitu pada ujung distal glans penis, sepanjang ventral batang
penis sampai perineum. Jadi lubang saluran kencing letaknya bukan pada
tempat yang semestinya dan terletak di sebelah bawah penis bahkan ada
yang terletak di rentang kemaluan.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada scrotum dapat berupa undescensus testis, meorchisdism, disgenesis testis dan hidrotole pada penis berupa propenil scrotum mikrophalasus dari torsi penile. Sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi, duplek dan refluk ureter.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada scrotum dapat berupa undescensus testis, meorchisdism, disgenesis testis dan hidrotole pada penis berupa propenil scrotum mikrophalasus dari torsi penile. Sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi, duplek dan refluk ureter.
- Etiologi
Trend peningkatan jumlah penderita salah
satunya disebabkan faktor lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat,
akibatnya marak penggunaan pestisida serta tinginya kandungan polusi di
udara. Zat polutan dari pabrik, limbah dan menumpuknya sampah bisa
menimbulkan hipospadia.
Dari beberapa pasien yang ditangani
ternyata mereka tinggal disekitar daerah pembuangan sampah. Ada pula
yang berasal ari keluarga petani. Penderita hipospadia umumnya berasal
dari keluarga kurang mampu. Akibatnya banyak diantara penderita tak bisa
segera ditangani.
Angka kejadian penderita hipospadia di
Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi dari hasil penelitian
pakar kedokteran di sejumlah negara, kelainan ini terjadi pada satu dari
125 bayi laki-laki kelahiran hidup. Salah satu penyebab kelainan ini
adalah karena keturunan.
- Penatalaksanaan
Tindakan operasi harus dilakukan sebelum
anak memasuki usia sekolah, diharapkan anak tidak malu dengan keadaanya
setelah tahu bahwa anak laki-laki lain kalau BAK beriri sedangkan anak
pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan (karena lubang
penisnya berada di bagian bawah penis).
Selain itu jika hipospadia tidk dioperasi
maka setelah dewasa dia akan sulit untuk melakukan penetrasi/coitus ,
selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis bengkok
akibat adanya chordae), lubangkeluar sperma terletak di bagian bawah.
Operasi hiposdia satu tahap (one stage
urethra plasty) adalah tehnik operasi sederhana yang sering dapat
digunakan terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini yang
meatusnya letak anterior atau di middle. Meskipun hasilnya sering kurang
begitu bagus untukkelainan yang berat sehingga banyak dokter lebih
memilih untuk melakukan 2 tahap untuk tipe hipospadia proksimal yang
disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat maka one stage
uretroplasty nyaris tidak dapat dilakukan.
Tipe hipospadia yang sering kali diikuti
dengan kelainn-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler
glans ygbengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal skinhood dan
propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadi yang letak lubang air
seninya lebih kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya
diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain diskrotum atau sisa
kulit yang sulit ditarik pada sat dilakukan operasi pembuatan uretra.
- Kelainan seperti ini biasanya harus dilakukan dengan 2 tahap yaitu:
Tahap 1 :
Dilakukan untuk meluruskan penis supaya
posisi meatus (lubang tempat keluar kencing) nantinya letaknya lebih
proksimal (lebih mendekatiletak yang normal), memobilisasi kulit dan
prepurium untuk menutup bagian ventral/bawah penis.
Tahap 2 :
Dilakukan urethroplasty (pembuatan uretra) sesudah 6 bulan.
Tujuan utama penanganan operasi
hipospadia adalah merekonstruksi penismenjadi lurus dengan meatus uretra
ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya
kedepan dan dapat melakukan koitus dengan normal, prosedur operasi
satutahap pada usia yang dini dengan komplikasi yang minimal.
Penyempurnaan tehnik operasi danperawatan paska operasi menjadi
prioritas utama.
Setelah operasi biasanya pad lubang
kencingbaru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai
luka betul-betul menyembuh dan dapat dialiri air seni. Di bagian supra
pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung
kemih untuk mengalirkan air seni. Tahap penyembuhan biasanya kateter
diatas di non fungsikan terlebih dahulu sampai seorang dokter yakin
betul bahwa hasil urethroplasty nya dapat difungsikan dengan baik, baru
setelah itu kateter di lepas.
- Komplikasi paska operasi yang terjadi:
1) Edema/pembengkakan yang terjadi
akibat reaksi jaringan, besarnya bervariasi, juga terbentuknya
hematom/kumpulan darah dibawah kulit yang biasanya dicegah dengan balut
tekan selama 2-3 hari pasca operasi.
2) Fitula uretrokutan, merupakan
komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk
menilai keberhasilan operasi.
3) Striktur, pada proksimal anastomosis, yang kemungkinan disebabkan oleh argulasi dari anestomosis.
4) Divertikulum, terjadi pembentukan
neuretra yang terlalu lebar, atau adanya srenosis meatal yang
mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5) Residual chordae/rekuren (hordoe,
akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, diman tidak melakukan
ereksi artificial saat operasi atau pembentukan skor yang berlebihan di
ventral penis walaupun sangat jarang
6) Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang/pembentukan batu saat pubertas.
g) Gangguan Metabolik dan Endokrin
Gangguan metabolik herediter :
Ada lebih dari 400 gangguan genetik biokimia, kebanyakan terkait-X atau autosom resesif.
- Etiologi
1) Bisa berhubungan dengan
terputusnya sintesis atau katabolisme molekul kompleks yang
mengakibatkan gejala progresif permanen.
2) Bisa berhubungan dengan gangguan sekuens metabolisme yang menyebabkan akumulasi senyawa toksik.
3) Bisa berhubungan dengan detisiensi produksi atau penggunaan energi.
- Manifestasi klinis umum
1) Bisa terjadi dalam beberapa jam sampai berbulan-bulan setelah lahir.
2) Bisa menyerupai tanda dan gejala
sepsis. Banyak orang merekomendasikan pemeriksaan kadar amonia serum
untuk tiap bayi < 3 bulan yang dicurigai sepsis.
3) Harus dicurigai pada tiap bayi
yang: nampak sehat setelah lahir tetapi mengalami gejala setelah
pengenalan makanan; mengalami asidosis metabolic berat yang tak dapat
dijelaskan; muntah rekuren datang dengan penurunan kesadaran, dicurigai
sepsis; serta memiliki riwayat keluarga dengan gejala serupa, retardasi
mental, sindrom kematian bayi mendadak, utau kematian neonatal yang tak
dapat dijelaskan.
4) Bisa datang dengan kejadian akut mengancam jiwa yang tidak berespons terhadap terapi yang biasa.
5) Temuan klinis bisa meliputi:
gastrointestinal (curigai selalu bila disertai muntah, strkar makan,
sukar menambah berat badan, diare, ikterus, atau hepatomegali);
neurologis (letargi, iritabilitas, mengisap lemah, tremor, kejang,
hipertonia, rigiditas, atau koma); jantung (kardiomiopati atau aritmia);
bau atau warna urine yang tak biasa; pernapasan (takipnea, apnea, atau
distres pcrnapasan); gambaran tubuh dismorfisme; mata (katarak, lensa
ektopik, bintik merahceri, pengabutan kornea, atau retinitis
pigmentosa); rambut (alopesia, steely hair- atau kinky hair); kulit
(nodulus kulit, kulit tebal, iktiosis, atau lesi Wit)-, dan kepala
(makrosefali atau mikrosefali).
- Pemeriksaan diagnostic
1) Lakukan penapisan metabolik
2) Hitung darah lengkap dan hitung jenis.
3) Urinalisis: zat pereduksi, keton, bau, dan warna.
4) Gas darah arteri: asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik.
5) Elektrolit serum: peningkatan
anion gap biasanya > 16 anion gap tidak terjadi pada semua kesalahan
metabolisme sejak lahir.
6) Glukosa darah
- Hipoglikemia dapat dihubungkan dengan 3-Metil-gultakonik asiduria; penyakit urine rnaple syrup; defisiensi 3-hidroksi-3-Metilglutaril CoA Liase; propionik asidemia; metilmalonik asidemia; defisiensi Asil CoA dehidrogenase rantai sedang; defisiensi karnitinl asilkarnitin translokase; serta defisiensi karnitin-palmitil transferase I dan karnitin-palmitil transferase II.
- Hipoglikemia tidak berhubungan dengan penyakit penyimpanan glikogen tipe II.
7) Kadar amonia plasma: sering melebihi 1000 µmol/L
8) Enzim hepar, termasuk kadar hilirubin total dan direk.
9) Asam amino plasma dan urine-, asam organik urine.
10) Kadar laktat plasma.
11) Mungkin memerlukan pemeriksaan khusus (mis., pemeriksaan biopsi kulit dan cairan serebrospitial [CSFJ).
- Intervensi
1) Berikan perawatan suportif. Hasilnya relatif cepat diperoleh.
2) Puasa sampai diagnosis diperoleh.
3) Lakukan selalu rujukan
rnetabolik/genetik dan pertimbangkan pemindahan ke institusi yang
mengkhususkan pada gangguan metabolik herediter.
- Hasil akhir: sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir responsif terhadap pembahan diet: sebagian kesalahan metabolisme sejak lahir letal dan memerlukan perawatan paliatif.
h) Atresia esofagus
- Pengertian
Esofagus/kerongkongan yang tidak
terbentuk secara sempurna, kerongkongan menyempit dan buntu tidak
tersambung dengan lambung sebagaimana mestinya.
Atresia esophagus adalah tidak
adanya kesinambungan esophagus secara congenital umumnya disertai
fistula trakheo esophageal dan ditandai dengan salvias (pengeluaran air
liur) berlebihan, tercekik, muntah bila makan, Cyanosis, dan dyspnea.
Atresia esofagus merupakan suatu
kelainan bawaan pada saluran pencernaan yang diseababkan karena
penyumbatan bagian proksimal esofagus sedangkan bagian distal
berhubungan dengan trakea.
- Etiologi
Beberapa etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelaianan kongenital atresia esofagus :
1. Faktor obat; Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomine
2. Faktor radiasi; Radiasi pada
permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada
janian yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen.
3. Faktor gizi; Penyelidikan
menunjukan bahwa frekuensi kelainan congenital pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
- Patofisiologi
Secara epidemiologi anomaly ini terjadi pada umur kehamilan 3-6 minggu akibat :
1. Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk masing-masing menjadi esophagus dan trekea
2. Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia
3. Perlekatan dinding lateral usus
depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trekeo esophagus.
Faktor genetic tidak berperan dalam patogenesis ini
- Klasifikasi
1. Tipe A = 87 %
Segmen bagian atas esophagus berakhir
dikantong, segmen bagian bawah berhubungan trachea melalui fistula,
karena berhubungan dengan trachea maka berbahaya, bisa tersedak dan
sesak nafas
i) Atresia Rekti dan Atresia Anus
- pengertian
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum
(sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki
kanal dan anus yang normal
Atresia anus yaitu obstruksi pada anus
- Etiologi
Malformasi kongenital
Manifestasi Klinik
– Tidak bisa BAB melalui anus
– Distensi abdomen
– Tidak dapat dilakukan pemeriksaan suhu rektal
– Perut kembung
– Muntah
3. Penatalaksanaan :
Dilakukan tindakan kolostomi
j) Obstruksi Billiaris
- pengertian
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis
- Etiologi :
– Degenerasi sekunder
– Kelainan kongenital
- Tanda dan Gejala :
– Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
– Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
– Bilirubinuria
– Tinja berwarna seperti dempul
– Terjadi hepatomegali
- Penatalaksanaan
Pembedahan
k) Omfalokel
- pengertian
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
- Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
- Tanda dan Gejala
– Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
– Berat badan lahir > 2500 gr
- Penatalaksanaan
– Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
– Pembedahan
l) Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika adalah penonjolan
organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma.
Diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral
diafragma posterior yang berasal dari arkus lumboskral dan
vertebrocostal triagone adalah tempat yang paling lemah dan mudah
terjadi rupture.
Menurut lokasinya hernia diafragma
traumatika 69% pada sisi kiri, 24% pada sisi kanan, dan 15% terjadi
bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hepar di sisi sebelah kanan
yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur hemidiafragma
sisi sebelah kanan. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara
lain gaster, omentum, usus halus, kolon, limpa’dan hepar. Juga dapat
terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna yang
mengalami herniasi ke rongga toraks ini.
Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal
(tipr bochdalek) yang tersering ditemukan. Pada hernia bochdalek
umumnya langsung menunjukkan gejala pada saat bayi. Pada kasus hernia
bochdalek, bayi akan tampak kebiruan dan perut kembung.
Kemudian, anterolateral (tipe morgagni) atau di esofageal hiatus hernia. Umumnya baru menimbulkan gejala pada usia dewasa.
Kemudian, anterolateral (tipe morgagni) atau di esofageal hiatus hernia. Umumnya baru menimbulkan gejala pada usia dewasa.
Merupakan penonjolan pada bagian gelung
atau ruas organ atau jaringan melalui lubang abnormal. sedangkan
Diafragmatika merupakan sekat yang membatasi pada rongga dada dan rongga
perut.
Pembagian Hernia diafragmatika :
- Traumatica : hernia akuisita, yang di sebabkan akibat pukulan, tembakan, tusukan.
- Non-Traumatica
Kongenital
- Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma. - Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
Akuisita
- Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Penyebab
penyebab penyakit hernia ini adalah Janin
tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang
dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu
kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen),
abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek,
diafragma berkembang tidak normal atau usus mungkin terperangkap di
rongga dada pada saat diafragma berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan
diafragma dan saluran pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia
difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang berarti “banyak
faktor” baik faktor genetik maupun lingkungan.
Patofisiologis
pada bagian Disebabkan oleh gangguan
pembentukan diafragma. Diafragma terbentuk dari 3 unsur yaitu membrane
pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang
berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat
berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga
unsure dan gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan
pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan
pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan
eventerasi.
Para ahli belum seluruhnya mengetahui
faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor
lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.
Tanda dan gejala penyakit hernia
Gejalanya berupa:
a. Gangguan pernafasan yang berat
b. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
c. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
d. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
e. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
a. Gangguan pernafasan yang berat
b. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
c. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
d. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
e. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Komplikasi
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa
menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada
sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan
bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang
mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma
gawat pernafasan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi
pada penderita hernia diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 %
mengalami kerusakan kongenital paru-paru dan 5 – 16 % mengalami kelainan
kromosom.
Penatalaksanaan
- • Berikan diit RKTP
- • Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
- • Dilakukan tindakan pembedahan
m) Atresia Duodeni
- Pengertian
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen
usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung
kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung
duodenum yang tidak bersambung
- Etiologi
- Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
- Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
- Tanda dan Gejala
- Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
- Ikterik
- Penatalaksanaan
- Pemberian terapi cairan intravena
- Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
- DAMPAK TERHADAP ANAK PEMILIK KELAINAN KONGENITAL
Masalah Perilaku
Masalah Perilaku adalah pola perilaku
yang sulit, yang dapat mengancam hubungan yang normal antara anak dengan
orang lain di sekelilingnya.
Masalah perilaku bisa merupakan akibat dari lingkungan, kesehatan, tabiat atau perkembangan anak.
Masalah perilaku juga bisa timbul akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua, guru maupun pengasuhnya.
Masalah perilaku juga bisa timbul akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua, guru maupun pengasuhnya.
Untuk mendiagnosis suatu masalah
perilaku, biasanya ditanyakan menganai kegiatan anak sehari-hari secara
kronologis dan menyeluruh. Pembahasan dipusatkan pada lingkungan yang
menyebabkan timbulnya gangguan perilaku dan perilaku itu sendiri secara
terperinci.
Juga dilakukan pengamatan terhadap interaksi antara anak dan orang tua.
Juga dilakukan pengamatan terhadap interaksi antara anak dan orang tua.
Masalah perilaku semakin lama cenderung
semakin memburuk karena itu untuk mencegah progresivitasnya perlu
dilakukan pengobatan dini .
Kontak yang lebih positif dan lebih menyenangkan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan harga diri anak dan orang tua. Interaksi yang lebih baik dapat membantu memecahkan lingkaran setan dari perilaku negatif yang menyebabkan timbulnya respon negatif.
Kontak yang lebih positif dan lebih menyenangkan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan harga diri anak dan orang tua. Interaksi yang lebih baik dapat membantu memecahkan lingkaran setan dari perilaku negatif yang menyebabkan timbulnya respon negatif.
Masalah Interaksi Anak-Orang tua
Masalah Interaksi Anak-Orang Tua adalah kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam hubungan antara anak dan orang tuanya.
Masalah interaksi bisa mulai timbul pada beberapa bulan pertama kehidupan anak.
Hubungan antara ibu dan anak mungkin menjadi tegang akibat:
– kesulitan yang dialami ibu selama kehamilan maupun persalinan
– depresi pasca persalinan
– kurangnya dukungan dari suami, keluarga maupun teman
– waktu menyusu dan waktu tidur bayi yang tidak teratur (sampai umur 2-3 bulan, kebanyakan bayi tidak tidur pada malam hari; pada saat-saat ini mereka sering menangis).
– kesulitan yang dialami ibu selama kehamilan maupun persalinan
– depresi pasca persalinan
– kurangnya dukungan dari suami, keluarga maupun teman
– waktu menyusu dan waktu tidur bayi yang tidak teratur (sampai umur 2-3 bulan, kebanyakan bayi tidak tidur pada malam hari; pada saat-saat ini mereka sering menangis).
Kelelahan, kebencian dan rasa bersalah
orang tua bercampur dengan rasa putus asa sehingga mempengaruhi hubungan
orang tua dengan bayinya.
Hubungan yang buruk antara anak dan orang tua bisa memperlambat perkembangan mental dan kemampuan sosial anak dan bisa menyebabkan terjadinya kegagalan berkembang.
Hubungan yang buruk antara anak dan orang tua bisa memperlambat perkembangan mental dan kemampuan sosial anak dan bisa menyebabkan terjadinya kegagalan berkembang.
Kepada orang tua sebaiknya diberikan
informasi yang lengkap mengenai perkembangan bayi disertai nasihat atau
kiat untuk menghadapinya.
Tabiat bayi bisa dievaluasi dan didiskusikan.Hal ini bisa membantu orang tua untuk lebih realistis dan menyadari bahwa rasa bersalah dan konflik merupakan emosi yang normal dalam pengasuhan anak. Dengan demikian orang tua akan belajar menerima perasaannya dan mencoba membangun hubungan yang sehat.
Tabiat bayi bisa dievaluasi dan didiskusikan.Hal ini bisa membantu orang tua untuk lebih realistis dan menyadari bahwa rasa bersalah dan konflik merupakan emosi yang normal dalam pengasuhan anak. Dengan demikian orang tua akan belajar menerima perasaannya dan mencoba membangun hubungan yang sehat.
Masalah Sosial
- merasa malu dengan keadaannya
- cenderung menutup diri karena merasa berbeda dengan keadaan kelompoknya
- masyarakat sering menilai bahwa keadaan ini hal yang tabu, sehingga dianggap kutukan dan bisa menjadi pembawa sial
- bisa juga menjadi anak yang nakal atau mencari perhatian orang lain untuk menunjukkan bahwa dia tidak berbeda, dan ingin dianggap sama
Masalah Spiritual
- lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta
- atau melah menyalahkan Tuhan karena lahir berbeda
- ASUHAN DAN PERAN BIDAN
- a. ASUHAN BIDAN
Adapun penatalaksanann dari kelainan bawaan adalah :
- Tindakan segera : dimana penanganan kelainan bawaan harus segera dilakukan. Dimana sebagai upaya pertama untuk menyelamatkan penderita karena kelainan tersebut mengancam jiwanya, seperti hernia diagfragmatika
- Berencana : tindakan lanjutan sebagai koreksi atas kelainan bawaan yang dialami sesuai dengan waktu yang ditentukan, seperti anencepali. Kelainan congenital yang bersifat multiple sering kali sukar untuk dikoreksi, sehingga koreksi bedah belum memungkinkan, sementara penanganan secara klinis bersifat konservatif saja.
- Secara medik : tindakan ini dilakukan sesuai prosedur untuk mencegah kejadian komplikasi.
- b. PERAN BIDAN
Peran bidan pada kasus kelainan bawaan
disini adalah memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan yang
detemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis, etiologi, penanganan, dan
prognosis kepada klien atau keluarganya, sehingga keluarga dapat
menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Asuhan atau
penanganan yang diberikan baik bedah, medik, maupun koreksi lain yang
dapat diberikan dapat berhasil secara optimal.
Komunikasi dan dukungan emosional .
Kelahiran bayi dengan kelainan bawaan dapat memberikan pengalaman yang
menyedihkan bagi orang tua. Memiliki bayi dengan kelainan akan
menimbulkan berbagai reaksi yang jelas membuat orang tua sangat tertekan
dan bagi beberapa kelompok masyarakat, hal ini dikaitkan dengan stigma
tertentu pada ibunya. Setiap keluarga memiliki respon dan kebutuhan yang
berbeda dan petugas kesehatan tidak dapat menggunakan pendekatan yang
sama untuk semua keluarga.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah :
- Pasien dan keluarga akan merasakan perasaan yang tidak percaya, tidak bias menerima dan sedih, hal tersebut merupakan reaksi yang normal khususnya bila kelainan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Perasaan diberlakukan tidak adil, putus asa, ertekan, cemas, marah, gagal, dan ketakutan merupakan hal yang biasa.
- Tanyakan pada ibu, apakah ia ingin melihat dan menggendong bayinya.
- Berikan penjelasan bahwa kelainan bawaan bukanlah kesalahan orang tua. Memberikan penjelasan atau gambaran tentang penyebab kelainan pada bayi mungkin dapat sedikit menenangkan orang tua dan keluarganya.
- Berikan penjelasan mengenai kemungkinan yang terjadi pada bayi, namun tidak memberikan tekanan pada sisi negative pada kehidupan bayi di masa depan.
- Jika bayi memiliki kelainan bawaan tertentu yang dapat diperbaiki melalui jalan operasi (misal labioschizis), berikan penjelasan dan support pada orang tua dan keluarga. Namun tidak memberikan harapan yang berlebihan jika tidak dapat disembuhkan.
- Berikan orang tua menentukan pilihannya sendiri dan pendapat yang jujur tentang kemungkinan hasilnya. Pastikan keputusan mereka dibuat berdasarkan inform consent dan pemahaman yang cukup tentang semua kemungkinan yang terjadi.
- Berikan kebebasan pada orang tua untuk menemui bayinya dan jika memungkinkan biarkan bayi berada dengan ibu sepanjang waktu. Semakin banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua terhadap bayinya, semakin cepat pula mereka akan menerima bayinya
- Bila memungkinkan berikan bantuan pada orang tua untuk memperoleh akses dukungan dari individu atau kelompok professional
Komentar
Posting Komentar