Asi Eklusif
Asi Eklusif
1.
Pengertian
ASI
merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Definisi WHO menyebutkan
bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin,
mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO (2002)
dalam Aprilia, 2009). .
Sebelum
tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan
ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah
artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO
merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180
hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan makanan pendamping
yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010).
Pemberian
ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu
mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan saluran nafas,
terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody penting
yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi
bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut, semua
bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009)
Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif.
selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar
dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010):
a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang
mengandung sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan
pasif terhadap berbagai jenis pathogen.
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi
mikroorganisme pathogen yang yang terkontaminasi melalui air, makanan atau
cairan lainnya. Juga dapat mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi
atau zat-zat penyebab alergi pada susu formula atau makanan.
2.
Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami
perubahan selama beberapa periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan
kebutuhan bayi (Anonim, 2010):
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode
terakhir kehamilan dan minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang
keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan
berprotein tinggi. Kandungan
proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali
berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang
menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari
usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3
hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah
kolostrum dan sebelum ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah
melahirkan). Kadar
protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan makin
meningkat
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14
dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam
bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan
Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
|
No.
|
Zat-zat Gizi
|
Satuan
|
Kolostrum
|
ASI
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi
Fosfor
|
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg
|
58.0
2.3
140.0 mg
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0
|
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0
|
3.
Kandungan nutrisi dalam ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan
mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008)
a. Karbohidrat
Laktosa adalah
karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi
untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga
ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin
mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI
lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam ASI
merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi
energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan
kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri
yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi
b.
Protein
Protein dalam ASI lebih
rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena
unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan
bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein
dalam ASI adalah 65 : 35, sedangkan dalam
PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang
dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih
banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan
sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang
menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c.
Lemak
Kadar lemak dalam ASI
pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah
kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis.
Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan hari kedua
dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang
diperlukan.
Jenis lemak yang ada
dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan
otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim Lipase. Lemak dalam
bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak
mengandung enzim, karena enzim akan
mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit
menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah
asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 :
1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh
yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi
d.
Mineral
ASI mengandung mineral
yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan
bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral
yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet
ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak
dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan
dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga
mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah
karena obstipasi atau gangguan metabolisme.
e.
Vitamin
ASI mengandung vitamin
yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin
K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Kandungan
vitamin yang ada dalam ASI antara lain vitamin A, vitamin B dan vitamin C.
4.
Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan
sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan
apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat.
Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari
pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya
mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada
tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi
volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara
500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan
300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2005).
5.
Manfaat ASI
a. Manfaat
ASI bagi bayi
Banyak
manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan yaitu (1) ASI
sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3) menurunkan risiko
mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) Meningkatkan kecerdasan, (5)
Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan tunggal untuk
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. (7)
Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8) Mengurangi resiko terkena penyakit
kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit
jantung. (9) Menunjang perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000) dalam
Haniarti, 2011).
b. Manfaat
ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI
memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah
kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi
kembali, (2) menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu
menurunkan berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5)
Pemberian ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila
langsung menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI
tersedia dimana saja dan kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu
dan bayi (WHO, 2010; Aprilia, 2009).
c.
Manfaat
ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi
keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi sehat berarti keluarga
mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan
berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran karena
efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga bila bayi
lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
6.
Faktor
penyebab berkurangnya ASI
a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat
mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi, menjadwal pemberian
ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada
posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui .
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu
sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan
mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir,
ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan
pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu
sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor
kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan
kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI
akan berkurang .
c. Faktor Fisik Ibu
Ibu
sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau
ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes,
2005; )
7.
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan
ASI eksklusif
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai
bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian,
membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya
(Aprilia, 2009).
Menurut Roesli
(2005) , bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar adalah karena
kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI ekslusif pada para ibu.
Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan
pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri
seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi
akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal.
Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu
formula secara dini di perkotaan dan
pemberian atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009).
2. Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu
kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh
oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan,
sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan
praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu
formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi
cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh
lingkungan (Briawan, 2004 dalam Haniarti, 2011).
3. Pengalaman
Menurut hasil penelitian
Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan
penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang
wanita yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering
melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka akan mempunyai
pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari.
Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki
sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui
dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong
wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya
4. Dukungan
keluarga
Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui
bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan
sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan
kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang
menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2008).
WHO dalam
community–based strategies for breastfeeding promotion and support in
developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan
framework mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI dapat dilihat pada gambar 1 di atas.
A.
Perilaku inisiasi menyusu dini (IMD) dan
Pemberian ASI Ekslusif
Perilaku atau keterampilan adalah hasil dari latihan yang
berulang, yang dapat disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang
yang mempelajari ketrampilan tersebut sebagai hasil dari aktivitas tertentu.
Perilaku atau keterampilan dapat terwujud melalui hasil dari pengalaman,
pengetahuan dan sikapnya.
Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang
dapat mempengaruhi perilaku individu atau masyarakat, yaitu: 1) faktor dasar (predisposing
factors) yang meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c)
kepercayaan; (d) tradisi; (e) unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan
masyarakat dan; (f) faktor demografi; 2) faktor pendukung (enabling factors)
yang meliputi: sumberdaya dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan
sarana yang tersedia dan; 3) faktor
pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku
orang lain seperti teman, orang tua, dan petugas kesehatan. Begitu pula dengan
perilaku pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik
oleh ibu maupun petugas kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi
oleh faktor faktor tersebut diatas. Faktor yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif terutama faktor sikap, motivasi,
maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu, maupun petugas
kesehatan khususnya bidan (Aprilia, 2009).
1.
Pengertian IMD
Inisiasi
menyusu dini dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari
10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit
Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992. Di dalam
langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi
lahir” dengan memfokuskan pada kemampuan alami yang ‘ajaib’ bagaimana
bayi memulai menyusu dengan cara bayi merangkak di dada ibunya yang
disebut breast crawl dan
penjelasannya yaitu ‘Setiap bayi, saat diletakkan di perut ibunya segera
setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan payudara ibunya dan mengambil
minum pertamanya dengan kemampuannya sendiri’ (Yohmi, 2009).
Tahun 2006 BFHI merevisi penjelasan langkah ke-4 ini
menjadi ‘Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak
kulit-ke-kulit dengan ibu segera setelah lahir paling sedikit selama 1 jam dan
dorong ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu, dan bila perlu tawarkan
bantuan”. Dalam hal ini yang ditekankan adalah pentingnya kontak
kulit-ke- kulit dan kesiapan bayi (Yohmi, 2009).
2. Manfaat
IMD
a. Manfaat
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi (Bergstrom, 2007)
1). Menurunkan
angka kematian bayi karena hypothermia
2) Dada
ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
3) Bayi
mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap
infeksi
4) Bayi
dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di usus bayi
dan menyaingi bakteri pathogen
5) Menyebabkan
kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam setelah persalinan
6) Pengeluaran
mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus normal pada
bayi baru lahir
b. Manfaat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) untuk Ibu
1) Ibu
dan bayi menjadi lebih tenang.
2) Jalinan
kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama.
3) Sentuhan,
jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oxyitosin.
4) Membantu
kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat pelepasan
plasenta
Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi
yang baru lahir menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan
penundaan inisiasi menyusu (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana,
neonatus 2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah
24 jam dibanding menyusui yang dimulai
dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Nepal, neonatus 1,4 kali lebih mungkin
untuk meninggal jika pemberian ASI dimulai setelah 24 jam pertama. Para penulis
memperkirakan bahwa sekitar seperlima dari semua kematian bayi (22% di Ghana
dan 19% di Nepal) dapat dihindari jika ASI mulai diberikan dalam satu jam
pertama kehidupan semua bayi yang baru lahir. Manfaat inisiasi menyusu dini
khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah (Lucas et al, 1994; Lucas
& Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan merupakan kontribusi
utama dalam menurunkan mortalitas bayi dan anak-anak. Pentingnya IMD merupakan
salah satu rekomendasi WHO (WHO, 2010).
Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti
meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif. Salariya et al menemukan bahwa bayi
yang menyusu dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam
jangka waktu yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq
(2003) menemukan bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan
dibandingkan dengan ibu yang tidak immediate
breastfeeding. kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3
hari pertama kelahiran yaitu pada saat makanan/minuman pralakteal diberikan.
Studi kualitatif lainnya melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif
adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang
kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan
adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2010).
B.
Manajemen
Laktasi
1.
Pengertian
Manajemen
laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera
setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Depkes, 2005).
2.
Periode dalam manajemen laktasi
a. Pada
masa kehamilan (antenatal)
Hal-hal yang perlu
dilakukan pada masa kehamilan :
1) Memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi
ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu formula.
2) Ibu
memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting payudara dan memantau
kenaikan berat badan saat hamil.
3) Ibu melakukan
perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk
menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang
mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu
senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan
trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan
yang dikonsumsi sebelum hamil (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009).
b. Pada
masa segera setelah melahirkan
Hal yang dilakukan segera
setelah melahirkan :
1).
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin
contact) dan mulai meyusui bayi. Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling
peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara
alamiah
1) Ibu
nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan
2) Bayi
harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara perlekatan bayi
pada payudara ibu (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009).
c. Masa
menyusui (Postnatal)
Hal yang harus
diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan :
1) Bayi
hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama usia bayi
2) Meyusui
tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)
3) Bila
bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap mendapat
ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan produksi ASI tetap lancar
4) Mempertahankan
kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu menyusui harus makan
1 ½ kali lebih banyak dari biasanya dan minum minimal 10 gelas air per hari
5) Cukup
istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan fisik yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat
6) Mengatasi
bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu, puting
lecet, dll) (Depkes, 2005).
3.
Tehnik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang benar, dapat kita
amati melalui beberapa respon dari bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang
tidak benar mengakibatkan puting susu menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi
telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat antara lain (1) tubuh
bagian depan menmpel pada tubuh ibu, (2) dagu bayi menempel pada payudara (3)
dada bayi menempel pada dada ibu (4) mulut bayi terbuka lebar dengan bibir
bawah yang terbuka (5) sebagian besar areola tidak tampak, (6) bayi menghisap
dengan dalam dan perlahan (7) bayi tampak tenang dan puas pada akhir menyusu,
(8) terkadang terdengar suara bayi menelan (9) puting susu tidak terasa sakit
atau lecet (Depkes, 2005).
C. KESIMPULAN
Asi Eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi
bayi karena memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
sehat. Karena itu diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif
termasuk tentang manajemen laktasi
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2009.
Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan. Universitas Sumatra Utara
.
Anonim. Turun,
jumlah bayi yang dapat ASI eksklusif. Gizi Net (online http://www.gizi.net/cgiin/berita/fullnews.cgi?newsid1173324133,39743, diakses 13 Desember
2009)
_______,
2010. Composition of breast milk. (online, http. Breastfeesing-mom.com, diakses
27 Februari 2012)
Aprilia,
Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini
Dan Asi Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas
Diponegoro Semarang 2009.
Apurba et al. Infant
and Young Child-feeding Practices in Bankura District, West Bengal, India. J Health
Popul Nutr. 2010 June; 28(3): 294–299
Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media
Komentar
Posting Komentar